BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sistem
endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon
yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010).
Sistem
endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan
dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise
posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan
atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh
sistem saraf.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi Hipotiroidisme?
2. Bagaimana
Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu
menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah kedalam proses asuhan
keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada
gangguan Hipotiroidisme.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan pengertian Hipotiroidisme.
2. Mendeskripsikan
jenis-jenis Hipotiroidisme.
3. Mendeskripsikan
penyebab Hipotiroidisme.
4. Mendeskripsikan
asuhan keperawatan Hipotiroidisme.
1.4 Manfaat
1.4.1
Manfaat
Teoritis
Sesuai dengan
penulisan makalah yang membahas tentang Hipotiroidisme maka manfaat pada pembuatan makalah ini untuk
mengembangkan pengetahuan masyarakat dan perawat Hipotiroidisme.
1.4.2
Manfaat
Praktis
a.
Bagi Pembaca
Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan
dan paham akan perawatan
Hipotiroidisme.
b.
Bagi Penulis
Dengan
melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan memahami secara
spesifik tentang Hipotiroidisme.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Pengertian
Hipotiroidisme adalah satu keadaan
penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme
mempunyai kelenjar tiroid yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar
tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotope, atau akibat destruksi oleh antibody autoimun yang
beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab
tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital. Goiter
dapat terlihat pada pasien hipotiroidisme dengan dapat herediter dalam
biosintesis hormone tiroid; pada
penderita seperti ini terjadi peningkatan pelepasan TSH yang menyebabkan
pembesaran tiroid goiter dapat juga terlihat pada penderita tiroiditis Hashimoto, suatu penyakit
autoimun yang infiltrasi limfosit dan destruksi kelenjar tiroidnya dikaitkan
dengan antitiroglobulin atau antibodi mikrosomal sel antiroid. Pasien dengan
hipotoidisme sekunder mungkin menderita tumor hipofisis dan defisiensi
hormone-hormon trofik hipofisis lainya.
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan
dimana kelenjar tirod kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormone
tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroidisme terjadi akibat
penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-kadang disebut
miksedema.
Hipotiroidisme congenial atau kretinisme
mungkin sudah timbul sejak lahir, atau menjadi nyata dalam beberapa bulan
pertama kehidupan. Nanifestasi dini kritenisme antara lain ikterus fisiologik
yang menetap, tangisan parau, konstipasi, somnolen, dan kesulitan untuk
mencapai perkembangan normal. Anak yang menderita hipotiroidisme congenital
memperlihatkan tubuh yang pendek; profil kasar, lidah menjulur kkeluar; hidung
yang lebar dan rata; mata yang jaraknya jauh; rambut jarang; kulit kering;
perut menonjol; dan hernia umbilikalis.
Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan
tulang yang mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan, disgenesis spifisis, dan
keterlambatan perkembangan gigi. Komplikasi utama dari hipotiroidisme congenial
dan hipotiroidisme juvenilis yang tidak diketahui dan tidak diobati adalah
retardasi mental. Keadaan ini dapat dicegah dengan memperbaiki hipotiroidisme
secara dini. Para ahli medis yang merawat bayi baru lahir dan bayi kecil harus
menyadari kemungkinan ini.
2.2
Jenis
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
v Hipotiroidisme sentral, karena
kerusakan hipofisis atau hypothalamus
v Hipotiroidisme primer apabila yang
rusak kelenjar tiroid
v Karena sebab lain,
seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium, dan resistensi
perifer.
Yang paling banyak ditemukan adalah
hipotiroidisme primer. Oleh karena itu, umumnya diagnosis
ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan T4 turun. Manifestasi klinis
hipotiroidisme tidak tergantung pada sebabnya.
2.3
Penyebab
Namun, pada Buku Ilmu Kesehatan, hipotiroidisme terbagi atas 2 berdasarkan
penyebabnya, yaitu:
a. Bawaan
v Agenesis atau disgenesis
kelenjar tiroidea.
v Kelainan hormogonesis
·
Kelainan bawaan enzim (inborn error)
·
Defisiensi yodium (kretinisme endemik)
·
Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)
b. Didapat
Biasanya disebut
hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar yang
sebelumnya normal. Panyebabnya adalah
v Idiopatik (autoimunisasi)
v Tiroidektomi
v Tiroiditis (Hashimoto,
dan lain-lain)
v Pemakaian obat
anti-tiroid
v Kelainan hipofisis.
v Defisiensi spesifik TSH
2.4 Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar
tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar
tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan
TRH karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisis anterior
dan hipotalamus. Apabila hipotiroidism terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka
kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus
tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT.
Hipotiroidism yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan
rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyakit Hipotiroidisme.
§ Penyakit Hashimoto, juga disebut
tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan
kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar
TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis
otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetikuntuk
mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis
Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan
hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar
yang masih berfungsi.
§ Penyebab kedua tersering adalah
pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan
hipotiroidisme.
§ Gondok endemik adalah hipotiroidisme
akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar
tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi
aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang
tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang
tinggi karena minimnya umpan balik.Kekurangan yodium jangka panjang dalam
makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif
(hipotiroidisme goitrosa.
§ Kekurangan yodium jangka panjang
merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
§ Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak
selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang
dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau
terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan
ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa
anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga
dapatmeningkatkan risiko pembentukan
kanker tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel
tiroid.
2.5 Patofisiologi
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk
dewasa dan bentuk juvenilis antara lain;
1. Suara parau, tidak tahan dingin dan keringat
berkurang
2. Kulit
dingin dan kering.
3. Wajah membengkak dan gerakan lamban.
4. Aktivitas
motorik dan intelektual lambat.
5. Relaksasi
lambat dari reflek tendon dalam, perempuan yang menderita hipotiroidisme sering
mengeluh hiperminore.
2.7 Penatalaksaan
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai
oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi
tanpa menggigi,hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran
hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi
semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid
bisa diberikan secara intravena.
Tes-tes laboratium yang digunakan untuk memastikan
hipotiroidisme antara lain: kadar tiroksin dan dan triyodoronin serum yang
rendah, BMR yang rendah, dan peningkatan kolesterol serum. Kadar TSH serum
mungkin tinggi mungkin pula rendah, bergantung pada jenis hipotiroidisme. Pada
hipotiroidisme primer, kadar TSH serum akan tinggi, sedangkan kadar tiroksin
rendah. Sebaliknya, kedua pengukuran tersebut akan rendah pada pasien dengan
hipotiroidisme sekunder.
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan
pemberian tiroksin, biasanya dimulai dalam dosis rendah (50 µg/hari), khususnya
pada pasien yang lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah
beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya
mencapai dosis pemeliharaan maksimal 150 µg/hari. Pada dewasa muda, dosis
pemeliharaan maksimal dapat dimulai secepatnya. Pengukuran kadar TSH pada
pasien hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan manfaat terapi
pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam kisaran normal. Pengobatan yang
adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder sebaiknya ditentukan dengan
mengikuti kadar tiroksin bebas.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon
tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak
disukai adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang
dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid
dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping
yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali
normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai
pengganti hormone tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor
susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
GANGGUAN SYSTEM ENDOKRIN HIPOTIROIDISME
3.1
Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam
tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1
penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
1.
Anamnesis
Identitas
klien
Meliputi
nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
Riwayat
Kesehatan
a. Keluhan utama klien
mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
§ Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi
pleura, dipsnea
§ Sistem pencernaan : anoreksia,
opstipasi, distensi abdomen
§ Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi,
distrimia, cardiomegali
§ Sistem musculoskeletal : nyeri otot,
kontraksi dan relaksasi otot lambat
§ Sistem neurologik dan Emosi/psikologis :
fungsi intelektual lambat, berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori
§ Sistem reproduksi : perubahan ovulasi,
anovulasi, dan penurunan libido
§ Metabolik : penurunan metabolism basal,
penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin
b.
Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk
mengetahui jenis kelenjar teroid
yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan jelas
tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah
buruk.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kaji
riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan
atau menjadi predisposisi.
d. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan
klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama.
e. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
§ Pola makan
§ Pola tidur (klien menghabiskan banyak
waktu untuk tidur).
§ Pola aktivitas.
f. Riwayat Psikososial
Klien sangat
sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri.
2. Pemeriksaan Fisik
a.
Penampilan
secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan
dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan
gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar,
tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b.
Nadi
lambat dan suhu tubuh menurun
c.
Perbesaran
jantung
d.
Disritmia
dan hipotensi
e.
Parastesia
dan reflek tendon menurun
3. Pemeriksaan
Penunjang
a.
Pemeriksaan
kadar T3 dan T4 serum
b.
Pemeriksaan
TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH
serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
3.2 Diagnosa
Keperawatan
1. Intoleran aktifitas berhubungan dengan
penurunan metabolisme
sekunder terhadap hipotiroidisme
2. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan
dengan penurunan peristaltic.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan depresi ventilasi
3.3 Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
|
Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolism sekunder
terhadap hipotiroidisme
|
Tolerasi aktivitas membaik.
|
Melaporkan sedikit lelah pada AKS
|
1.Anjurkan aktivitas sesuai tolerasi.
2.Bantu aktivitas perawatan mandiri
ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
|
Istirahat membantu menghemat energy.
Memberikan kesempatan pada pasien
berada dalam keadaan lelah
|
2
|
Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic
|
Hilang dari konstipasi
|
Melaporkan pasase bentuk feses lunak
|
1.Berikan makanan yang kaya serat.
2.Ajarkan pada pasien tentang jenis –
jenis makanan yang banyak mengandung air.
3.Kolaborasi pemberian obat pencahar dan
enema bila diperlukan.
|
Meningkatkan massa feses dan frekuensi
buang air besar.
Untuk peningkatan asupan cairan kepada
pasien agar feses tidak keras.
Untuk mengencerkan feses.
|
3
|
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
|
Perbaikan dan pola nafas normal
|
Melaporkan dapat bernafas dengan
efektif
|
1.
Pantau
frekuensi, kedalaman, pola pernafasan.
2.
Dorong
pasien untuk nafas dalam dan batuk.
|
Mengidentifikasi hasil pemeriksaan
dasar untuk memantau perubahan
selanjutnya dan mengevaluasi efektivitas intervensi.
Mencegah aktifitas dan meningkatkan
aktifitas yang adekuat.
|
3.4 Implementasi
Diagnosa I : Intoleran aktifitas berhubungan dengan
penurunan metabolism sekunder terhadap
Tindakan :
a.
Menganjurkan aktivitas sesuai tolerasi.
b.
Memberikan Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam
keadaan lelah.
Diagnosa II : Resiko tinggi terhadap konstipasi
berhubungan dengan penurunan peristaltic.
Tindakan :
a.
Berikan
makanan yang kaya serat.
b.
Ajarkan
pada pasien tentang jenis – jenis makanan yang banyak mengandung air.
c. Kolaborasi pemberian obat pencahar dan
enema bila diperlukan.
Diagnosa III : Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan depresi ventilasi.
Tindakan :
a.
Memantau frekuensi, kedalaman, pola pernafasan.
b.
Mendorong pasien untuk nafas dalam dan batuk.
3.5 Evaluasi
Evaluasi
merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan perbandingan
yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan (Nasrul Effendi,
1995). Evaluasi pada pasien dengan
gangguan system endokrin hipotiroidsme adalah :
1.
Perbaikan
dan pola nafas normal.
2.
Tolerasi aktivitas membaik.
3.
Klien dapat beraktivitas kembali
4.
Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan
ambulasi/aktivitas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem
endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai
kelenjar tiroid yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid
akibat pembedahan atau ablasi radioisotope, atau akibat destruksi oleh antibody autoimun yang
beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab
tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.
Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang
aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat
berat disebut miksedema.
Hipotiroidism terjadi
akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-kadang
disebut miksedema.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami gangguan endokrin
hipotiroidsm ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan
mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsme.
DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara. (1998). Rencana
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta ; EGC
A.Prince, Sylvia
& M.Wilson, Lorraine. (2009). Patofisiologi
konsep klinis proses penyakit. Jakarta : EGC
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?idktg=11&judul=Hipertiroidisme&iddtl=1
24&UID=20071121172513125.163.255.129.Last update : copyright
2005 Last log in :
november 30,2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar