BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit
hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan pergerakan
usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang
yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan
tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit
hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan
abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan
evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak
mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi
usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat
terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus
proksimal.
Pasien
dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi
terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana
Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan
ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi
ganglion.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi Hisprung?
2. Bagaimana
Asuhan Keperawatan Hisprung?
1.3 TUJUAN
1.3.1
TUJUAN
UMUM
Mahasiswa mampu
menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah kedalam proses asuhan
keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada
gangguan Hisprung.
1.3.2
TUJUAN
KHUSUS
1. Mendeskripsikan pengertian Hisprung.
2. Mendeskripsikan
jenis-jenis Hisprung.
3. Mendeskripsikan
penyebab Hisprung.
4. Mendeskripsikan
asuhan keperawatan Hisprung.
1.4 Manfaat
1.4.1
Manfaat
Teoritis
Sesuai dengan
penulisan makalah yang membahas tentang Hisprung maka manfaat
pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan perawat Hisprung.
1.4.5
Manfaat
Praktis
a.
Bagi Pembaca
Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan
dan paham akan perawatan
Hisprung.
b.
Bagi Penulis
Dengan
melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan memahami secara
spesifik tentang Hisprung.
BAB
11
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
PENGERTIAN
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital
aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang
tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus
besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion),
maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus
menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda
untuk setiap individu.
Hisprung atau megakolon
kongenital adalah penyakit bawan kibat tisak tercapainya pertumbuhan
chepalocaudal Sel-sel parasimpatis myantericus pada segmen usus bagian distl,
terbanyak di rektosigmid. Sehingga tidak ad peristaltic pada usus yang terkena
dan menyebabkan fases tidak bias keluar sehingga terjadi obstruksi, dilatasi
kolon bgian proksimal dan hipertropi dingding ototnya sehingga terbentuk
megakolon.
Penyakit Hirschsprung
disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Dilihat dari namanya penyakit
ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah
atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan”
usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar
(megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap
individu.
Hisprung merupakan keadan tidak ada atau
sedikitnya saraf ganglion parasimpatis
pada plasma mianterkus dan kolon distalis, sehingga tidak ada peristaltic pada
area yang terkena, usus mengallami heperteroid dan dilatasi serta menimbulkan
distensi dan obstruksi abdomen
1.2
Macam-macam
Penyakit Hirschprung
Berdasarkan
panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit
Hirschprung segmen pendek
Segmen
aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari kasus
penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding
anak perempuan.
2. Penyakit
Hirschprung segmen panjang
Kelainan
dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.(Ngastiyah, 1997 : 138)
1.3
Tanda
dan Gejala
Tanda dan gejala
setelah bayi lahir
1. Tidak
ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)
2. Muntah
berwarna hijau
3. Distensi
abdomen, konstipasi.
4. Diare
yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja / pengeluaran gas
yang banyak.
Gejala pada anak yang
lebih besar karena gejala tidak jelas pada waktu lahir.
1. Riwayat
adanya obstipasi pada waktu lahir
2. Distensi
abdomen bertambah
3. Serangan
konstipasi dan diare terjadi selang-seling
4. Terganggu
tumbang karena sering diare.
5. Feses
bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.
6. Perut
besar dan membuncit.
2.4 Etiologi Hisprung
Mungkin
karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang berimigrasi ke
dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk
berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak
adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.
Sebagian
besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon sigmoid
dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon.
(Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134)
Sering terjadi pada
anak dengan ”Down Syndrome”.
Kegagalan
sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kraniokaudal
pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus.
(Suriadi, 2001 : 242).
2.5 Patofisiologi
Istilah
congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan
tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus
besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan
tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta
spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses
secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada
saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon (
Betz, Cecily & Sowden).
Semua
ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan
relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik
dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus
yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan
dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ).
2.6
Manifestasi Klinis
1.
Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam
pertama kehidupan.
2.
Konstipasi kronik mulai dari bulan
pertama kehidupan dengan terlihat tinja seperti pita.
3.
Obstruksi usus dalam periode neonatal.
4.
Nyeri abdomen dan distensi.
5.
Gangguan pertumbuhan.
(Suriadi,
2001 : 242)
1)
Obstruk total saat lahir dengan muntah,
distensi abdomen dan ketiadaan evaluai mekonium.
2)
Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti
obstruksi periodic yang membaik secara spontan maupun dengan edema.
3)
Gejala ringan berupa konstipasi selama
beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
4)
Konstruksi ringan, enterokolitis dengan
diare, distensi abdomen dan demam. Diare berbau busuk dapat menjadi
satu-satunya gejala.
5)
Gejala hanya konstipasi ringan.
(Mansjoer,
2000 : 380
Ø Masa
Neonatal :
1.
Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam
setelah lahir.
2.
Muntah berisi empedu.
3.
Enggan minum.
4.
Distensi abdomen
.
Ø Masa
bayi dan anak-anak :
1.
Konstipasi
2.
Diare berulang
3.
Tinja seperti pita, berbau busuk
4.
Distensi abdomen
5. Gagal
tumbuh(Betz, 2002 : 197)
2.7
Komplikasi
A.
Gawat pernapasan (akut)
B.
Enterokolitis (akut)
C.
Striktura ani (pasca bedah)
D.
Inkontinensia (jangka panjang)
(Betz,
2002 : 197)
1.
Obstruksi usus
2.
Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3.
Konstipasi
(Suriadi,
2001 : 241)
2.8
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan
submukosa dengan alat penghisap and mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2.
Biopsy otot rectum, yakni pengambilan
lapisan otot rectum, dilakukan dibawah narkos. Pemeriksaan ini bersifat
traumatic.
3.
Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin
dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini klhas terdapat peningkatan aktivitas
enzim asetikolin enterase.
4.
Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari
jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah,
1997 : 139)
1.
Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya
penyumbatan pada kolon.
2.
Enema barium ; untuk mengetahui adanya
penyumbatan pada kolon.
3.
Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada
tidaknya sel ganglion.
4.
Manometri anorektal ; untuk mencatat
respons refleks sfingter interna dan eksterna.
(Betz,
2002 : 197).
2.9
Penatalaksanaan
Ø Medis
Penatalaksaan
operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk
membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga
normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua
tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a) Temporari
ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi
dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan
ukuran normalnya.
b) Pembedahan
koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai
sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama.
Ada beberapa prosedur pembedahan yang
dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah
salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus
besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah.
Ø Perawatan
Perhatikan
perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan
terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a. Membantu
orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
b. Membantu
perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan
orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi
orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.
Pada perawatan preoperasi harus
diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan malnutrisi tidak dapat
bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali
melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet
rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan
nutrisi parenteral total ( NPT )
Ø Pengobatan
Untuk mencegah terjadinya komplikasi
akibat penyumbatan usus, segera dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah
pembuatan lubang pada dinding perut yang disambungkan dengan ujung usus besar.
Pengangkatan bagian usus yang terkena dan penyambungan kembali usus besar
biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan atau lebih.
Jika terjadi perforasi
(perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN MEGA KOLON
PADA
KASUS “HIRSPRUNG”
3.1
Pengkajian
Informasi
identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.
Antara
lain :
1.
Anamnesis
Identitas
klien
Meliputi
nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan
utama Klien
Masalah
yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian,
pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
b.
Riwayat kesehatan sekarang
Yang
diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan
sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien
mengatasi masalah tersebut.
c.
Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah
sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan
kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d.
Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet
anak dan pola makan anak.
e.
Riwayat psikologis
Bagaimana
perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri
atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f.
Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan
pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
g.
Riwayat social
Apakah
ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan hubungan
dengan orang lain.
h.
Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan
sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
i.
Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi
– kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
2.
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem
integument
Kebersihan
kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary
refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem
respirasi
Kaji
apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem
kardiovaskuler
Kaji
adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem
penglihatan
Kaji
adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem
Gastrointestinal
Kaji
pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
3.2
Diagnosa Keperawatan
Pre
operasi
1. Gangguan
eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya
dorong.
2. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
3. Kekurangan
cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post
operasi
1. Gangguan
integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri
b/d insisi pembedahan
3. Kurangnya
pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi.
3.3 Intervensi Keperawatan
Pre
operasi
No
|
Dx
|
Tujuan
|
Intrvensie
|
1.
|
Konstipasi
berhubungan dengan mekanik : megakollon
|
BAB
lancar, dengan
kriteria :
-
Faeses lunak
-
Anak tidak kesakitan saat BAB.
-
Tindakan operasi colostomi
|
1. Bowel management
- Catat BAB terakhir
- Monitor tanda konstipasi
- Anjurkan keluarga untuk mencatat warna,
jumlah, frekuensi BAB.
- Berikan supositoria jika perlu.
2.
Bowel irrigation
-
Jelaskan tujuan dari irigasi rektum.
- Check order terapi.
- Jelaskan prosedur pada orangtua pasien.
- Berikan
posisi yang sesuai.
- Cek
suhu cairan sesuai suhu tubuh.
- Berikan
jelly sebelum rektal dimasukkan.
-
Monitor effect dari irigasi.
3.
Persiapan preoperatif
- Jelaskan persiapan yang harus dilakukan.
-
lakukan pemeriksaan laboratorium:
darah rutin, elektrolit, AGD.
- transfusi darah bila perlu.
|
2.
|
Cemas
berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan anak
|
Cemas
keluarga pasien tertangani dengan kriteria:
- Ibu
terlihat lebih tenang
-
Ibu dapat bertoleransi dengan
keadaan anak.
|
1.
Anxiety reduction
- jelaskan
semua prosedur yang akan dilakukan.
- kaji
pemahaman orangtua terhadap kondisi anak, tindakan yang akan dilakukan pada
anak.
- anjurkan orang tua untuk berada dekat
dengan anak.
- bantu pasien mengungkapkan ketegangan dan
kecemasan.
|
3.
|
Defisit
pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal dengan sumber informasi
|
Orang
tua tahu mengenai perawatan anak dengan kriteria:
-
Mampu menjelaskan penyakit,
prosedur operasi
- mampu
menyebutkan tindakan keperawatan yang harus dilakukan.
- Mampu
menyebutkan cara perawatan.
|
1.
teaching: proses penyakit
- Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit.
- Jelaskan
tentang penyakit, prosedur tindakan dan cara perawatan bersama dengan dokter.
-
Informasikan jadwal rencana operasi:
waktu, tanggal, dan tempat operasi, lama operasi.
-
Jelaskan kegiatan praoperasi :
anestesi, diet, pemeriksaan lab, pemasangan infus, tempat tunggu keluarga.
- Jelaskan
medikasi yang diberikan sebelum operasi: tujuan, efek samping.
2. health education:
- jelaskan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
-
Jelaskan mengenai penyakit,prosedur
tindakandancara perawatan dengan dokter.
- Lakukan
diskusi dengan keluarga pasien dengan penyakit yang sama.
- Jelaskan
cara perawatan post operatif.
|
4.
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan absorbsi
usus.
|
Status
nutrisi baik, dengan kriteria:
-
Diet seimbang, intake adekuat.
- BB normal.
- Nilai
lab darah normal: HB, Albumin, GDR.
|
-
Kaji nafsu makan, lakukanpemeriksaan
abdomen,adanya distensi, hipoperistaltik.
-
Ukur intake dan output, berikan per
oral / cairan intravenasesuai program (hidrasi adalah masalah yang paling
penting selama masa anak-anak).
- Sajikan
makanan favorit anak, dan berikan sedikit tapi sering.
- Atur
anak pada posisi yang nyaman (fowler)
- Timbang
BB tiap hari pada skala yang sama.
|
5.
|
Gangguan
koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional, ancaman fungsi peran,
perubahan lingkungan.
|
Meknisme
koping keluarga efektif, dengan kriteria:
- Keluarga
menunjukkan bisa menyesuaikan dengan lingkungan rumah sakit.
-
Anggota keluarga aktif bertanya.
|
- Kenalkan keluarga untuk mengenal
staf/perawat yang merawat
- Gambarkan
kegiatan rutin di RS yang mempengaruhi anak.
- Anjurkan keluarga untuk menyesuaikan
dengan lingkungan yang baru dan asing.
- Informasikan tentang area di luar unit
yang mungkinmereka perlukan.
- Ciptakan kondisi yang mendukunguntuk
bertanya, mengungkapkan kekecewaan dan perasaannya.
- Hadirkan
keluarga terdekat dengan pasien.
- Jaga privasi, awasi tanda-tanda ketegangan
keluarga.
|
6.
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan volume caian secara aktif
|
Status
hidrasi:
Kriteria:
- menunjukkan urine output normal
- menunjukkan TD, nadi dan suhu dbn
- turgor
kulit, kelembaban mukosa dbn.
- Mampu
menjelaskan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kehilangan cairan
|
1. manajemen
cairan
timbang berat badan tiap hari
kelola catatan intake dan output
monitor status hidrasi (membran mukosa, nadi adekuat, ortostatik
TD)
monitor hasil laboratorium yang menunjukkan
retensi cairan
monitor
keadaan hemodinamik
monitor
vital sign
monitor
tanda-tanda kelebihan atau kekurangan volume cairan
administrasi
terapi Intra vena
monitor
status nutrisi
berikan
cairan dan intake oral.
2. monitor cairan
- kaji jumlah dan jenis intake cairan dan kebiasaan eliminasi
- kaji faktor resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan
- monitor intake dan output
- monitor serum, dan elektrolit
- jaga keakurtan pencatatan intake dan output
- administrasi pemberian cairan
3.
managemen hipovolemi
- monitor status cairan termasuk intake dan
output
- jaga kepatenan terpi intra vena
- monitor kehilangan cairan
- monitor hasil laboratorium
-
hitung kebutuhan cairan
- administrasi pemberian cairan
hipotonik/isotonik
- observasi indikasi dehidrasi
- kelola pemberian intake oral
-
monitor tanda dan gejala over
hidration
|
Post Op.
No
|
Dx
|
Tujuan
dan Kriteria hasil
|
Intervesi
|
1.
|
Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri fisik
|
Level nyeri
berkurang dengan kriteria :
- anak tidak rewel
- ekspresi wajah dan sikap tubuh rileks
- tanda
vital dbn
|
1.
Management nyeri
- Kaji nyeri meliputi karakteristik, lokasi,
durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
- Observasi ketidaknyamanan non verbal
- Berikan posisi yang nyaman
- Anjurkan ortu untuk memberikan pelukan
agar anak merasa nyaman dan tenang.
- Tingkatkan istirahat
2 Teaching
- Jelaskan
pada ortu tentang proses terjadinya nyeri
- Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit
- Evaluasi keluhan nyeri atau ketidaknyamanan
- Perhatikan lokasi nyeri.
3. Administrasi analgetik
-
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
- Cek program medis tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi pemberian
- Ikuti 5 benar sebelum memberikan obat
- Cek riwayat alergi
- Monitor tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian obat
- Dokumentasikan pemberian obat
|
2.
|
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
|
Resiko infeksi terkontrol dengan kriteria :
- bebas dari tanda-tanda infeksi
- tanda vital dalam batas
normal
- hasil lab dbn
|
1.
Infektion control
- Terapkan kewaspadaan universal cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
- Gunakan sarung tangan setiap melakukan
tindakan.
- Berikan personal hygiene yang baik.
2. Proteksi infeksi
- monitor tanda-tanda infeksi lokal maupun
sistemik.
- Monitor hasil lab: wbc, granulosit dan
hasi lab yang lain.
- Batasi pengunjung
- Inspeksi kondisi luka insisi operasi.
3. Ostomy
care
- bantu dan ajarkan keluarga pasien untuk
melakukan perawatan kolostomi
- Monitor insisi stoma.
- Pantau dan dampinggi keluarga saat
merawat kolostomi
- Irigasi stoma sesuai indikasi.
- Monitor produk stoma
- Ganti kantong kolostomi setiap kotor.
4.
Medikasi terapi
- Beri antibiotik sesuai program
- Tingkatkan nutrisi
- Monitor keefektifan terapi.
5. Health education
o
Ajarkan pada orang tua tentang
tanda-tanda infeksi.
o
Ajarkan cara mencegah infeksi.
o
Ajarkan cara perawatan colostomi
|
3.
|
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan volume caian secara aktif
|
Status
hidrasi:
Kriteria:
- menunjukkan
urine output normal
- menunjukkan TD, nadi dan suhu dbn
- turgor kulit, kelembaban mukosa dbn.
- Mampu
menjelaskan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kehilangan cairan
|
manajemen
cairan
timbang berat badan tiap hari
kelola catatan intake dan output
monitor status hidrasi (membran mukosa,
nadi adekuat, ortostatik TD)
monitor hasil laboratorium yang
menunjukkan retensi cairan
monitor keadaan hemodinamik
monitor vital sign
monitor tanda-tanda kelebihan atau
kekurangan volume cairan
administrasi
terapi Intra vena
monitor
status nutrisi
berikan
cairan dan intake oral.
5. monitor cairan
- kaji jumlah dan jenis intake cairan dan kebiasaan
eliminasi
- kaji faktor resiko terjadinya
ketidakseimbangan cairan
- monitor intake dan output
- monitor serum, dan elektrolit
- jaga keakurtan pencatatan intake dan
output
- administrasi pemberian cairan
6. managemen hipovolemi
- monitor status cairan termasuk intake
dan output
- jaga kepatenan terpi intra vena
- monitor kehilangan cairan
- monitor hasil laboratorium
- hitung kebutuhan cairan
- administrasi pemberian cairan
hipotonik/isotonik
-
observasi indikasi dehidrasi
- kelola pemberian intake oral
- monitor tanda dan gejala over hidration
|
3.4 Implementaasi
3.5 Evaluasi
Pre
operasi Hirschsprung
1. Pola
eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan
nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan
cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri
pada abdomen teratasi
Post
operasi Hirschsprung
1. Integritas
kulit lebih baik
2. Nyeri
berkurang atau hilang
3. Pengetahuan
meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan kolon
BAB
IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan
penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun
psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung
yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar
anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah
baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung
harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun
keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja
sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis
lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
4.2
SARAN
Kami berharap setiap
mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit hsaprung. Walaupun
dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002,
Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Carpenito, 1998,
Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan
Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta :
EGC.
Ngastiyah. 1997.
Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan.
2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003.
Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih (Fd), Monica Ester (Alih
bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J.
2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Jakarta : EGC.
Carpenito , Lynda
juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu
kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta : FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000
. Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media Aesulapius FKUI
coba ada pathway biar lebih jelas
BalasHapusterima kasih sudah membantu tugas askep nya sangat bermanfaat
BalasHapuslumayan mantap deh
BalasHapusThis is the most interesting information and fit into our topic. I want to share it with my friends obat hisprung Thankyou
BalasHapus